Saturday, April 6, 2013

Koleksi Blangkon Dengan Spesial Desain  Iket Batik dari Bengkel Batik Cakra Keleng

Cakra Keleng juga melayani pemesanan Blangkon (jadi) dan atau masih berupa Iket (destar). Pemesanan tersebut bisa berupa kodi atau bijian (eceran). Harga yang kami tawarkan sangat beragam. Peminat bisa menyesuaikan dengan bajet. Cakra Keleng juga siap melakukan nego mengenai harga kain dengan para pembeli. Untuk Pemesan di luar Kota, kami pun siap mengirimkan barang hingga sampai tujuan, tentunya dengan tambahan ongkos kirim. Bagi yang berminat dapat langsung menghubungi kami. Beberapa koleksi batik kami yang telah dibuat blangkon dan atau masih berupa iket dapat dilihat sebagaimana berikut.

Gambar 1. Iket byur motif Parang Curiga, ukuran 107cm persegi. Dijual Harga Rp. 180.000/ satu potong , atau bisa membeli setengah potong (segi tiga)  saja seharga Rp. 90.000.  



Gambar 2. Iket Motif Semen Latar Hitam, ukuran 107cm persegi. Rp. 180.000/ satu potong , atau setengah potong  Rp. 90.000.
Gambar 3. Kain Jarik, motif Modang Warna Kelengan (Hitam), panjang 3 M. Harga Rp. 450.000.
Gambar 4. Blangkon Gaya Solo Kasatriyan, Motif batik Semen Ireng. Harga Rp. 135.000
Gambar 5. Blangkon Gaya Solo Cekok Kuncung, Motif Parang Curiga. Harga Rp. 135.000.
Gambar 6. Blangkon Gaya Solo Prabawan. Harga Rp. 100.000
Gambar 7. Blangkon Gaya Jogja, Motif Sleret Kemodo Jebeg Modang. Harga Rp. 110.000.
Gambar 8. Blangkon Gaya Solo Kasatriyan, motif lung kembang. Rp. 100.000
Gambar 9. Blangkon Kebumenan, motif Jahe Sakrimpang. Rp. 100.000
Gambar 10. Blangkon Kebumenan, Motif Kembang Baris garap kelengan. Rp. 100.000
Gambar 11. Blangkon Kebumenan motif Pangkur modangan kebak (batik tahun 1980-an). Rp. 125.000
Gambar 12. Blangkon Kebumenan garap lemesan cakrik Parang Canthing. Rp. 100.000
Gambar 13. Solo Prabawan, soga coklat motif  bintang. Rp. 135.000
Gambar 14. Gaya Solo Kasatriyan, motif byur Sri Kuncara. Rp. 145.000
Gambar 15. Blangkon Gaya Solo Kasatriyan, Motif Kupu Ceceg. Rp. 100.000
Gambar 16. Blangkon Solo Prabawan Motif Stroplesan. Rp. 110.000 
Gambar 17. Blangkon Gaya Solo Kasatriyan Motif Truntum Byur. Rp. 150.000
Gambar 18. Solo Kasatriyan Ireng Polos. Rp. 85.000
Gambar 19. Solo Kasatriyan, Motif  Sekar Ndaru. Rp. 80.000
Gambar 20. Solo Prabawan, Motif Parang Rusak. Rp. 100.000

Thursday, February 28, 2013

Proses Batik Tulis di Bengkel Batik Cakra Keleng

Mengenal Proses Batik di Bengkel Batik Tulis Cakra Keleng

Batik adalah seni gambar pada (lukis) pada kain yang merupakan tradisi warisan budaya bangsa Indonesia (Nusantara). Setiap daerah di Nusantara memiliki kekhasan motif dan atau corak dan warna batiknya tersendiri. Semua itu tumbuh sebagai bagian kekayaan lokal masing-masing daerah. Sehingga wajar apabila muncul beragam kain batik yang menjadi ciri khas daerah seperti Jawa (Surakarta, Surakarta, Banyumas, Lasem), Sunda, Cirebon, Madura, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

Gambar Kain Batik

Walaupun setiap daerah memiliki ragam batik yang berbeda, namun dilihat dari proses pembuatan batik merujuk pada penggunaan teknik pembuatan yang sama. Prinsip dasar pembuatan batik tersebut yaitu dengan menutup dan atau membuka bahan lilin (malam) yang berfungsi sebagai tinta gambar pada kain yang sedang di batik. Pewarnaan batik dilakukan dengan cara mencelupkan kain pada larutan ramuan pewarna tertentu. Dengan demikian pada waktu proses pencelupan warna tertentu, untuk bagian kain yang tertutup lilin secara otomatis tidak akan terkena warna tersebut. Untuk melepaskan bahan lilin yang menutup pada gambar (pola) batik dengan cara dimasak (digodog) menggunakan air panas. Melalui cara tersebut sehingga lilin yang pada awalnya telah kering menjadi meleleh dari kainnya, dan gambar batik pun akhirnya muncul.

Melihat proses pembuatan batik, maka sebenarnya dapat diketahui dua cara membatik. Cara pertama merupakan cara tradisional yaitu dengan menuliskan lilin pada kain menggunakan semacam pena yang disebut canting. Hasil batik dengan cara ini seringkali disebut dengan nama "batik tulis". Proses pembuatan batik tulis tergolong sangat rumit di banding proses lainnya. Membuat batik tulis sangat menuntut kesabaran yang tinggi dari pengrajinnya, karena harus menggambar dengan lilin pada kain sedikit demi sedikit dengan menggunakan canting. Menjadi wajar karena rumitnya pembuatan batik tulis sehingga proses pembuatannya pun memerlukan waktu yang lama. Pembuatan satu kain panjang (jarik) saja misalnya, dapat selesai hingga watuk berbulan-bulan. Namun proses pembuatan kain batik dengan cara "tulis" ini tentunya akan dapat menghasilkan kualitas dan nilai estetik maupun artistik yang lebih tinggi dibanding dengan pembuatan batik dengan cara yang lain.


Perkembangan selanjutnya setelah pembuatan batik secara "tulis", kemudian muncul pembuatan batik dengan cara cap. Oleh karena cara pembuatannya kemudian batik ini dikenal sebagai jenis "batik cap". Pada pembuatan batik cap, pola-pola gambar batik telah disalin ke dalam alat cap yang terbuat dari tembaga. Kemudian setelah alat cap tersebut dilumuri dengan lilin dan atau zat pewarna tertentu, di capkan pada kain hingga munculah gambar-gambar batik dari padanya. Penggunaan alat cap tersebut tentunya akan mempercepat produksi kain batik dibandingkan pembuatan batik secara tulis. Akan tetapi apabila dicermati secara jeli, hasilnya secara estetik dan atau artistik akan sangat berbeda dengan pembuatan secara tulis.

Pada perkembangan akhir-akhir ini kemudia muncul juga teknik pembatikan dengan cara printing. Cara pembuatannya tidak lagi menggunakan tenaga tangan namun sudah mesin. Warna bisa langung muncul pada pembuatan batik printing tanpa harus melalui proses celupan sebagaimana dalam pembuatan secara "tulis" atau cap. Untuk itu kiranya proses printing sudah tidak lagi dapat disebut sebagai proses batik, dan hasil produksinya lebih sekedar sebagai tekstil bermotif batik.

Proses Batik Cakra Keleng
Cakra keleng sebagai bengkel pembuatan batik, pada akhirnya lebih memilih untuk mengembangkan dan menghasilkan seni batik tulis. Hal tersebut karena berbagai faktor yang menjadi alasan. Pertama untuk konservasi dan pengembangan khasanah tradisi leluhur bangsa Indonesia khususnya dalam hal seni batik, kedua karena orientasi Bengkel Seni Batik Cakra Keleng memang tidak semata-mata untuk memproduksi kain batik saja, namun berkarya seni lewat batik. Arah tujuan Cakra Keleng yang demikian pada akhirnya bermuara pada pemilihan cara produksi batik tulis saja, bukan cap dan apalagi printing.

Melalui sarana alat-alat yang "sederhana", di dalam Bengkel Cakra Keleng, para seniman batik mencoba berkreasi menuangkan ekspresi jiwa melalui coretan-coretan kain batik mereka. Kesederhanaan alat tentu saja bukan menjadi batasan idealisme pencapaian kuwalitas bagi para seniman batik di Bengkel Cakra Keleng. Melalui sarana alat yang lebih cenderung "seadanya", Cakra Keleng tetap mampu mempertahankan kuwalitas garapan batik, tidak hanya kuwalitas dari segi bahan namun juga kuwalitas dari sisi nilai estetik dan artistik seni batiknya itu sendiri.


Gambar 1. Meja Kerja yang sederhana di Bengkel Cakra Keleng. Terlihat meja beserta alat tulis dan alat pengukur, untuk bekerja merancang pola (mola) batik ke kertas, dan menyalin pola batik dari kertas ke kain (nyoek) sebelum akhirnya pola pada kain tersebut di tulis dengan lilin (malam) dengan alat canting.  (Doc: Sigit, 2013 ).



Gambar 2. Aktivitas Mola. Seorang pembatik sedang merancang pola batik. Ide-ide tentang disain batik dituliskan pada kertas sebelum di salin ke keain (di corek). (Doc: Sigit, 2013).


Gambar 3. Proses Nyorek atau menyalin pola batik yang tergambar pada kerta ke atas bahan kain putih yang akan di batik dengan sistem blat. (Doc: Sigit, 2013).

 
Gambar 4. Hasil Corekan. Terlihat kain-kain putih setelah di-corek, guratan corekan menggunakan pensil. (Doc: Sigit, 2013).


Gambar 5. Tempat pewarnaan di Bengkel Batik Cakra Keleng. Terlihat Suryanto "Kebo" seorang senior pembatik sekaligus mentor di Bengkel Batik Cakra Keleng sedang menyiapkan air celupan (koloh) untuk membubuhkan warna (nyoga) pada kain batik setelah mengalami proses canting dan telah diberi warna dasar hitam atau indigo (di keleng/ wedel). Terlihat juga bagaimana tempat dan alat pencelupan warna batik di Cakra Keleng yang sederhana saja, tidak harus lengkap dengan bak-bak air yang besar khusus untuk mencelup. (Doc: Sigit, 2013).



Gambar 6. Suryanto "Kebo" deangan teliti, hati-hati dan penuh perasaan sedang melakukan proses pencelupan untuk bahan iket (destar).  Kehatihatian, ketelitian, dan daya rasa yang tinggi sangat diperlukan ketika mencelup warna untuk jenis batik tulis. Semua ini demi tujuan agar, supaya mendapatkan hasil warna batik yang berkuwalitas, awet, dan memiliki nilai estetik serta daya artistik tinggi. (Doc, Sigit, 2013).


Gambar 7. Hasil Celupan. Terlihat setelah kain selesai dicelup ke dalam air warna kemudian dibiarkan terlebih dahulu tersampir di atas tempat khusus yang disebut gawangan (para-para khusus untuk kain batik). Agar hasil warna lebih baik, kain batik setelah dicelup memang sebaiknya tidak terkena sinar matahari secara langsung terlebih dahulu, melainkan menunggu sampai kain yang basah tersebut menjadi setengah kering atau dikenal dengan istilah atus. Setelah kain atus siap untuk dilorod, yaitu melepaskan malam (lilin) yang menutup bagian kain yang tidak dikehendaki terkena warna tertentu. (Doc: Sigit, 2013)



Gambar 8. Penjemuran Kain Batik. Terlihat kain batik setelah diwarnai dan  dilorod (dilepas lilinnya) dengan digodog menggunakan air panas, kemudian di jemur di tengah terik matahari (untuk proses warna soga dengan bahan tumbuhan [soga Jawa] hanya boleh di angin-anginkan saja). Ini merupakan proses finising dalam pembuatan kain batik. (Doc: Sigit, 2013).
     

Gambar 9. Hasil karya kain batik dari Bengkel Batik Cakra Keleng setelah dibuat Blangkon (Topi Tradisional Jawa). Terlihat beberapa koleksi iket (destar) batik tulis dari Bengkel Batik Cakra Keleng yang telah dibuat blangkon dan siap dipasarkan. Selain iket untuk bahan pembuatan Blangkon, sebenarny Cakra keleng juga membuat slendang batik, kain panjang untuk Jarik, bahan hem ataupun jas. (Doc: Sigit, 2013). 


Para seniman batik di Bengkel Batik Cakra Keleng, sangat menghargai pada karya tradisi nenek moyang bangsa Indonesia (Jawa). Semua itu terimplementasikan pada arah produksi batik Cakra Keleng yang lebih menitik beratkan pada pola-pola tradisional serta proses yang tradisional pula. Proses membuat batik secara tradisional (Jawa) yang memang panjang dan membutuhkan ketlatenan yang tinggi, tidak menyurutkan semangat para pembatik di Cakra Keleng untuk senantiasa berkarya menghasilkan karya-karya batik yang berkuwalitas dan bernilai seni maupun filosofi yang tinggi.

Ketradisionalan yang menjadi nafas Cakra keleng, tentu tidak begitu saja disikapi dengan membabi buta. Artinya walaupun tradisional sebagai pijakan dasar dalam menelorkan karya-karya kain batik, seniman batik di Bengkel Batik Tulis Cakra Keleng juga masih memperdulikan kemajuan danperkembangan zaman. Arus perkembangan zaman senantiasa diterima untuk melengkapi sisi-sisi pengetahuan tradisional dalam seni batik. Berangkat dari hal itu sehingga juga munculah karya-karya seni batik dari Cakra Keleng sebagai wujud-wujud inovasi dari karya batik tradisional Nusantara.